Sebuah akhir yang indah, begitulah harapan semua orang dalam menjalani segala sesuatu. Hasil akhir yang indah dari apa yang telah diupayakan adalah sebuah tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang.
Di tengah eforia modernisasi seperti saat ini, sebagian besar orang khususnya para generasi muda acapkali menargetkan hasil akhir yang tendensinya hanya bersifat duniawi. Semisal; lulus ujian, kuliah di perguruan tinggi favorit, mendapatkan beasiswa, menikah dengan orang yang dicintai, karir sukses, memiliki penghasilan di atas rata-rata dan masih banyak yang lainnya. Sebenarnya hal seperti ini bukan hal yang langka dalam sejarah peradaban manusia. Motif untuk selalu bahagia dan hidup enak sudah menjadi fitrah dan hukum alam yang tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupan. Namun sangat disayangkan, sekian usaha pencapain hasil akhir tersebut acapkali membutakan hati nurani manusia dalam menyadari hakekat yang ada dibaliknya. Dengan kata lain, mereka telah mengabaikan eksistensi “sebuah akhir kehidupan di dunia”. Akhir kehidupan yang sudah menjadi harga mutlak bagi setiap manusia, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qura’an;
Di tengah eforia modernisasi seperti saat ini, sebagian besar orang khususnya para generasi muda acapkali menargetkan hasil akhir yang tendensinya hanya bersifat duniawi. Semisal; lulus ujian, kuliah di perguruan tinggi favorit, mendapatkan beasiswa, menikah dengan orang yang dicintai, karir sukses, memiliki penghasilan di atas rata-rata dan masih banyak yang lainnya. Sebenarnya hal seperti ini bukan hal yang langka dalam sejarah peradaban manusia. Motif untuk selalu bahagia dan hidup enak sudah menjadi fitrah dan hukum alam yang tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupan. Namun sangat disayangkan, sekian usaha pencapain hasil akhir tersebut acapkali membutakan hati nurani manusia dalam menyadari hakekat yang ada dibaliknya. Dengan kata lain, mereka telah mengabaikan eksistensi “sebuah akhir kehidupan di dunia”. Akhir kehidupan yang sudah menjadi harga mutlak bagi setiap manusia, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qura’an;
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.” (AL-ANBIYAA: 35)
Berdasarkan ayat tersebut, sangat jelas bahwasanya akhir kehidupan (kematian) adalah sesuatu yang pasti terjadi dan merupakan hak prerogatif Allah Swt yang hanya mengetahui informasi tentang kapan, dimana dan di waktu apa manusia menemui ajalnya. Dalam kematian hanya ada dua pilihan yaitu husnul khotimah dan su`ul khotimah,. Khusnul khotimah memiliki makna mengakhiri hidup dengan baik. Yaitu mengakhiri hidup dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan Su’ul Khotimah, yaitu mengakhiri hidup dalam keadaan buruk. Dalam hal ini yang mengetahui kematian seseorang khusnul khotimah atau su`ul khotimah secara hakiki hanyalah Allah Swt.
Pernahkah kita mengingat akhir kehidupan kita (mati)? Sudah siapkah kita jika suatu saat telah tiba waktu kita untuk kembali ke sisi-Nya? Pernahkah terpikir tentang bagaimana akhir episode kehidupan kita? Apakah sebuah akhir yang indah (khusnul khotimah) atau bahkan sebaliknya (su’ul khotimah)?.
Deretan pertanyaan tersebut mungkin terabaikan dan bahkan terkikis habis dari ranah hati manusia. Kesibukan berkarir untuk menduduki sebuah jabatan, menggapai prestasi, menyandang gelar dan memperoleh penghargaan telah mendiskriminasi adanya “akhir kehidupan” dari mindset manusia-manusia modern seperti saat ini. Diantara sekian list harapan dan target, apakah pernah tercantum satu target “meninggal dalam keadaan Khusnul Kotimah”?. Tentunya hal ini menjadi sebuah impian bagi sebagian besar insan modern, yang mungkin bisa dikata impian yang tidak pernah dimimpikan dan diusahakan untuk terwujud.
Sepintas, dalam memaknai khusnul khotimah terlihat mudah sekali, yang menjadi titik tumpu hanyalah akhir baik dari hidup. Masalah sepanjang hidupnya yang lain tidak taat ataupun tidak taqwa, tidak jadi soal. Sehingga tidak heran jika sebagian orang Islam khususnya remaja mengatakan “Yang penting mati dalam keadaan khusnul khotimah. Masalah prosesnya bagaimana dan seperti apa itu mah belakangan, saat ini adalah moment menikmati masa muda dengan senang-senang. Urusan ibadah bisa nanti jika sudah tua!!”.
Hal ini merupakan interpretasi dari misunderstanding dalam memaknai khusnul khotimah. Sangat benar jika sebuah hasil akhir dijadikan titik tumpu dan parameter sukses tidaknya sebuah proses. Namun, perlu digaris bawahi bahwasanya hasil akhir dipengaruhi oleh proses, hasil akhir tidak akan berbeda jauh dengan prosesnya. Sudah menjadi hukum alam, bahwa aksi akan sama dengan reaksi (Hukum Newton III; F aksi= -F reaksi). Jika input aksi yang kita berikan berlabel baik tidak mungkin reaksi yang akan kita dapatkan berlabel buruk. Begitupula dalam kehidupan ini, jika kita senantiasa menjalani hidup ini dengan keistiqomahan dan keikhlasan dengan niat beribadah kepada Allah (taat & taqwa), maka ada jaminan kita akan mati dalam keadaan khusnul khotimah.
Perlu diketahui bahwasanya tidak ada kemungkinan pasti seseorang mengetahui kapan kehidupannya akan berakhir. Bisa jadi seseorang menganggap usianya masih akan lebih panjang, tetapi ternyata mati mendadak, dan begitu juga sebaliknya. Akhir kehidupan bagi semua orang tidak bisa ditebak atau dirancang. Demikianlah prosedur pasti dari Allah tentang akhir kehidupan. Sekarang terserah pada kita bagaimana cara kita memanage setiap fase kehidupan kita dengan baik, sehingga nantinya kita dapat memperoleh yang terbaik pula. Maka dari itu, untuk menjadi khusnul khotimah maka seseorang harus selalu meningkatkan keistiqomahan, keimanan, amal saleh, dan juga akhlak yang baik pada setiap waktu tanpa henti.
Akhir kesudahan yang baik pastinya menjadi harapan setiap hamba Allah yang istiqomah berjalan diatas manhaj-Nya yang lurus, yang senantiasa berusaha meneladani kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman dan bertaqwa, dan semoga khusnul khotimah menjadi akhir indah dari agenda kehidupan kita di dunia ini.
Dengan keistiqomahan, tetapkanlah niat untuk akhir yang indah dan untuk perjumpaan dengan Sang Pemilik kehidupan.
Written By: Alfarobi (02 April 2011)