Kamis, 22 Desember 2011

Semoga Sembuh Membawa Berkah

Setelah empat hari aku di cekoki wewangian khas Rumah Sakit, kini aku kembali bersinar lega, bersungging tawa dan tentunya kembali merangkai kata dengan sedikit polesan bahasa metafora. Layaknya seorang prajurit yang baru saja meninggalkan medan tempur setelah bebrapa hari pertahanannya dikoyak musuh, kali ini aku kembali menjadi manusia merdeka yang tak lagi di ambang pertempuran sengit melawan rasa sakit yang sekitar empat hari ini mengoyak daya tahan tubuhku.

Dunia memang selalu berputar. Sekarang bisa saja kita sehat, tapi tidak menutup kemungkinan besok kita terbaring sakit,  atau malah sebaliknya. Namun yang patut kita sadari; disaat kita sehat jangan membuat kita bangga dan  pongah dengan kesehatan yang kita rasakan. Ingat, kesehatan adalah rasa sakit yang tertunda sebagaimana kehidupan adalah kematian yang tertunda. Jadi, tetap “tabah” dalam sakit dan sehat karena keduanya adalah ujian Tuhan namun dalam wujud yang berbeda.

Kata Umiku “sakit itu Kasih sayang”. Pertama, disaat kita terkapar dirudung rasa sakit; akankah orang-orang di sekeliling kita dapat hadir untuk sekedar menyunggingkan senyum, seraya  berkata “semoga cepat sembuh ya..”. Ataukah mereka kian apatis berlari menjauhi kita, akibat sikap kita selama ini yang juga apatis ketika mereka di rudung problematis?.
Kedua, disaat kita sakit, sebenarnya tuhan sedang menunjukkan kasih sayangnya. Sakit itu bermuara dari Tuhan. Artinya, ketika kita sakit nyatanya Tuhan ingat pada kita. Jika Tuhan ingat pada kita tentunya Tuhan sayang pada kita. “udzkuruni astajiblakum”

Kata Abiku “Sakit itu peringatan”. Disaat kita sakit, sebenarnya Tuhan sedang menyapa kita dengan sebuah “peringatan”. Peringatan akan pentingnya syukur saat kita sehat, peringatan tentang dosa yang telah kita lakukan semasa sehat dan peringatan akan kematian yang tak seorang pun tahu kapan datangnya.  Apakah hari ini ketika kita di rudung rasa sakit, kemudian kita akan mati terkubur tanah, atau esok yang juga kita tak tahu bagaimana nyatanya, ataukah setelah kita sehat dan kembali menyapa dunia dengan senyum? Hmmb…”intinya” ketika kita sakit berusahalah untuk selalu abdi pada Allah seraya memohon ampun atas dosaa telah kita lakukan dan jangan lupa tetap “sabar dan ikhlas” mengahadapi semuanya, Insyaalah berkah, katanya.

Sedang menurut Aku, “Sakit itu ujian dan harapan”.   Sakit itu ujian. Di saat kita sakit nyatanya Tuhan sedang menguji keimanan kita. Akankah rasa sakit yang kita alami saat ini, lantas membuat kita rabun akan kenikmatan yang telah kita dapatkan semasa sehat, lantas menyurutkan intensitas syukur dan meningkatkan keluh-kesah kita pada Tuhan, seakan kita hendak berkata “Tuhan tidak adil, kenapa aku yang sakit sedang mereka sehat”. Ataukah rasa sakit yang mendera kita saat ini kian memompa semangat dzikir, mendongkrak rasa kearifan dan tetap menjaga kestabilan iman kita agar tidak terkoyak dan kalah oleh rasa sakit yang saat ini mendera pilu.

“Sakit itu harapan”. Siapa saja yang kemarin, saat ini atau esok merasakan sakit, tentunya mereka berharap sebuah kesembuhan, berharap dapat menatap hari esok dengan sebuah perbaikan dan berharap rasa sakit yang kali ini ia rasakaan tak lagi hadir untuk yang kedua kalinya.

Hmmmm…Semoga sembuh menguntai Rahmah, menggores Ibrah dan berbuah Berkah. Aku milikmu ya Raab. Berhak atas Mu untuk mengambilku kapanpun Kau mau. Namun satu harapku “Ambil aku saat aku siap menghadap-Mu,. dengan sebongkah bekal taqwa yang terbalut iman yang aku bawa untuk aku persembahkan pada Mu”

Written By : Alfarobi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar