Izinkan Aku Meminangmu
(Islamisasi Cinta Dan Dialektik Maya Pemuda pataonan Dan PemudiJember, Yang Terlimitasikan)
Kupandang redaksi kata indah yang pernah kau selipkan dalam handphoneku lewat pesan singkat mu, sebagai jawaban dari perasaannku. Kala itu semuanya masih berjalan sangat apik nan bahagia. Ketika itu kau masih milikku, meski tak sepenuhnya, meski bukan dalam realita nyata. Sesekali aku meraasa memeroleh apa yang aku inginkan.
Tapi, disisi lain aku takut melupakanmu atau bahkan kehilanganmu. Kadang aku terlalu naïf mengingat kejadian yang tak seharusnya aku pikirkan kembali dan seharusnya musnah bersama laju waktu….
Hati ini serasa sesak mengingat peristiwa itu. Saat aku mendengar jeritan hanphone ku memanggilku. Tiba-tiba kudapati pesan bahwa ku ingin aku memutuskanmu, Bahwa kau ingin sendiri dalam hidupmu, Bahwa aku tak berguna lagi dalam retorika perjalananmu, Dan bahwa kau berusaha untuk menghilangkan cinta suci yang telah kita rajuk.
Entahlah ada sesuatu yang mengganjal di benakku. Hal yang tak dapat aku cerna dengan mudah. Kenyataan yang harus aku terima dengan lapang dada. Namun sulit, sakit dan aku tak bisa untuk itu. Aku belum siap kehilanganmu………karna kehilanganmu sama halnya membuang separuh jiwaku. Aku tak mengerti mengapa diriku sangat tak bisa melupakanmu apalagi sampai kehilanganmu. Mungki nama mu telah merasuk dan menjelma sehinggaa mendarah daging dalam tubuhku….aku tak tahu…?
Waktu itu kau sempat katakan, kau akan berusaha setia. Aku percaya…hanya saja aku belum yakin. Dan semuanya terjawab saat ini . Tapi kenapa kau lakukan sekarang ? atau mungkin kau telah lupa akan segalanya
Entahlah, mungkin sudah sepantasnya aku seperti ini. Karena kebodohanku yang telah meracuniku selama ini. Perlahan aku mulai mengumpulkan serpihan ingatan akan ritual sumpah kita tempo dulu. Saat dinding malam mulai sirna karena sang mentari akan segera keluar dari peraduannya. Namun kita tak kunjung selesai dengan hal ikhwal mengenai perjalanan cinta kita yang telah berjam-jam kita bahas . Terhanyut dalam dialektik tak bertepi antara aku sang pemuda madura dan kau sang pemudi jember……..
Andai aku berpikir jernih sejak dulu. Mungkin semuanya tak kan kembali seperti yang kualami saat ini. Luka kembali menganga dalam hidup ku, bahkan berdarah dan tak sempat mengering. Semua itu bermula dari diriku. Namun mengapa aku baru menyadari bahwa semuanya telah terlanjur…
Ah….aku hanya bisa pasrah kepadanya. Pasrah bukan berarti aku bisa melupakanmu begitu saja.. Daya dan upaya telah aku lakukan untuk melupakan semua ini. Namun dalam lubuk hatiku yang paling dalam ada getaran lain yang berontak dan berkata lain. Tak terhitung berapa kali aku tumpahkan embun bening dari mataku. Hingga mataku terasa gersang bak kemarau tujuh musim tanpa ada sedikitpun hujan yang tumpah.
Kata teman-temanku aku cengeng. Tapi aku yakin jika ada yang merasakan hal yang sama seperti yang ku rasakan saat ini bukan hal yang mustahil untuk bermuram durja atau lebih parah dari itu.
Cayank sekian kali sudah aku menyapa mu dengan harapan dapat kembali merajuk cinta lagi. Namun kau selalu menjawabnya “tidak”. Entahlah, mungkin sudah tak ada gunanya lagi aku memohon…..ibarat nasi telah menjadi bubur yang tak mungkin menjadi nasi kembali…Kenyataan sudah didepan mata yang ada dalam benakku saat ini adalah melupakanmu sebisa mungkin, “tidak” . aku yakin bisa melupakanmu. Sama halnya kau melupakanku (ucapku membatin) Meyakinkanku bahwa inilah yang terbaik Jalan yang tuhan berikan untukku
Sulitnya menerima takdir sama dengan sulitnya aku melupakanmu. Dan lesung pipit dipipimu membentuk guratan petir yang tak simetris, sarat akan keindahan membuatku hidup dalam lamunan dan hayalan
Gejolak batin yang timbul setelah kau jauh sugguh, membuaatku tak kuasa…Hidupku terasa hampa tanpa canda, tawa, duka, cita, saat kita masih bersama. Ekspresi batin berdialektik dengan nafsu berharap untuk sekedar bertegur sapa kembali
Namun jika aku kembali melihatmu, rasa sedih, benci, suka akan melebur jadi satu membentuk gumpalan mendung dimataku. Dan rasa itu tetap berdialog dalam hatiku selama asa dan harapanku tak kunjung pupus jua untuk terus mengingat raut indah yang tak dapat aku dapatkan dalam dunia nyata
Setiapa jengkal perjalanan waktu yang terlewati aku terus mencoba dan kerap pula memaksa untuk benar-benar melupakanmu ada bisikan yang mengisyaratkan ketakutan untuk dapat melupakanmu, dialog ini membuat kecamuk dan membuatku terbang dalam masa lalu suram tak berarah
Permintaaan terkahirku. meskipun kau tak berkenan menjadi dan merajuk cinta kita kembali, aku akan berusaha tuk selalu tersenyum dalam kegalauan ini, karena ku sadar ini lah jalan tuhan yang diberikan pada ku…jalan yang akupun harus berjalan meewatinya, ada banyak hal baru yang aku peroleh setelah kau tak lagi milikku….
percayalah cayank…
Inilah yang terbaik bagi mu dan bagiku
Terimakasih telah memberi warna dalam hidupku, warna yang sebentar lagi akan luntur bersama petualangan waktu
Satu yang aku inginkan dari mu. Meski kau bukan bagian dari hidupku tapi izinkan aku meminangku Dalam rerimbun dunia kata……
Goresan hati Sank Pujangga
Alfaroby Sank Fylosof
Tidak ada komentar:
Posting Komentar