Banyak hal dari kehidupan ini yang bisa kita jadikan sebuah pelajaran, sekaligus sebagai media introspeksi diri yang nantinya bisa kita jadikan sebuah parameter kebaikan. Diantaranya itu adalah pengalaman, baik itu pengalam pribadi atau pengalaman orang lain. Tidak ada salahnya jika kita menelisik sebuah pengalaman dari perjalanan awal seseorang di dunia jurnalistik, sebut saja seorang itu adalah “Aku”.
#####
Setelah beberapa bulan aku duduk di bangku SMA kelas 2, terlintas ide untuk tergabung dalam tim jurnalistik sekolah baik itu di KIR ataupun di Majalah. Nah..., sejak saat itulah aku memulai dunia baruku dengan jurnalistik. Tanpa aku sadari ternyata bergabungnya aku di dunia jurnalistik, telah membuatku lupa dengan kesibukanku sebelumnya, kesibukan dengan dunia keteraturan angka. Keteraturan angka yang telah mengajariku banyak hal. Sejak aku berkelut dengan angka-angka dan beberapa penghitungan aku terstimulus untuk berpkir tentang segala sesuatu di dunia ini yang rupanya tercipta dengan sangat teratur. Semuanya telah melalui penghitungan dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi dan berpola sangat beraturan, Subhanallah..
Sejak saat itu aku belajar bersyukur atas semua hal dan sejak saat itu pula sudut pandangku pada sesuatu mulai berubah cukup rasional. Segala sesuatu itu adalah ilmiah, dengan keteraturan dan penghitungan yang ilmiah pula. Ini adalah nikmat yang luar biasa bagi aku..:)
Namun.., aku tidak bisa bertahan lama dalam kesibukan dengan angka-angka tersebut. Mencapai titik jenuh dan mulai terlepas dari rutinitas bukan berarti aku juga terlepas dengan apa yang telah aku dapatkan. Sudut pandangku masih sama dan intensitas syukurku pada Sang Kuasa pun masih sama, dan semoga seiring waktu berjalan ini semua bertambah. Amiin..
####
Angka-angka yang pernah hiasi hari-hariku di masa silam rupanya telah mengantarku pada puncak titik jenuh, titik jenuh yang tak mungkin lagi aku paksakan dan aku banggakan. Status palsu dari sebuah perjuangan sempat melekat dalam diriku, status sebagai seorang ahli hitung dengan cita-cita menjadi seorang matematikawan. Mengingat hal itu, acapkali aku merasa geli dan ingin tertawa sendiri. Bagiku hal itu adalah sebuah humor dari panggung kehidupan yang mungkin tidak akan bisa dimengerti oleh orang lain kecuali pelaku utamanya. Pelaku utama?? Yaps, dalam hal ini pelaku utamanya itu adalah “aku”.
Aku kadang tak percaya tentang eksistensi diriku kala itu, benarkah aku sempat populer di dunia Matematika?? Benarkah aku sempat kecanduan angka dan setumpuk teori-teorinya?? Dan benarkah namaku telah terabadikan diantara deretan nama-nama sang Juara dalam tumpukan berkas kusam di beberapa instansi???. Hidup memang tak ubahnya roda yang berputar dan akan terus berputar, baru kemaren aku berkelut dengan angka-angka dan sekarang aku telah berada di dunia kata dengan atmosfer yang sangat berbeda. Sangat berbeda,
Dunia kata, dunia jurnalistik, dunia penuh warna!! Itulah kesanku pada dunia tulis-menulis yang telah memberiku banyak hal berharga. Hal berharga yang pastinya telah mengantarku pada gerbang perubahan hidup yang tak lagi menjadikanku hamba pada egoisme demi sebuah ambisius. Kamuflase diri yang seringkali menjadi kedok dalam ikhtiarku kini tidak lagi ada, dalam dunia kata, yang ada hanyalah keikhlasan. Keikhlasan yang melahirkan untaian kata penuh makna dan mutiara ilmu bagi setiap pembacanya.
Bagiku dalam menulis, keikhlasan adalah faktor utama yang yang akan mendorong kita untuk menuangkan ide. Sulit atau bahkan bisa dibilang tidak mungkin, seorang penulis dapat menulis dan melahirkan karya-karyanya dengan terpaksa. Dengan ikhlas tanpa ada unsur paksaan, mereka para penulis menuangkan ide serta pemikiran ilmiahnya lewat tarian penanya. Dalam hal ini, Cukup banyak contoh nyata yang bisa dijadikan cerminan. Salah satunya Sang Penulis hebat,Helvy Tiana Rosa (HTR). Sosok seorang perempuan yang menjadi salah satu inspirasi bagiku. Dengan sederetan prestasi di bidang jurnalistik, beliau telah melahirkan banyak karya yang sampai sekarang telah memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan serta pekembangan dan kemajuan Islam. Tidak hanya itu, masih banyak serentetan nama seperti; Andrea Hirata, Fediriva Hamzah, Asma Nadia, Afifah Afra, O.Solihin, Habibur Rahman E., dan lainnya, merekalah penulis-penulis hebat yang dimiliki Indonesia. Mereka telah mewarnai dunia pengetahuan engan karya-karyanya. Mereka telah menjadi inspirasiku.
Perjalananku di dunia jurnalistik memang masih seumur jagung atau bahkan kurang dari itu. Awalnya, mungkin bisa dikata aku berkelut di dunia tulis-menulis ini hanyalah sebuah pelarian. Pelarian dari kejenuhan dan kebosanan yang selama ini aku paksakan, aku tak bisa melampiaskan semua perasaanku hanya lewat oret-oretan angka, setumpukan kamus bahasa asing, kesibukan organisasi atau yang lainnya. Aku tak bisa melimpahkan semua keluhan dan kepuasan dengan leluasa.
Well, alhamdulillah.. meski demikan tapi dengan semua aktivitasku sbelumnya itu aku bisa mendapatkan ilmu serta segudang pengalaman yang tidak bisa diukur oleh apapun. Namun, tetap saja aku masih merasa terpenjara dalam diriku sendiri. Semua yang aku lakukan belum sepenuhnya memberiku kepuasan dan kesenangan tersendiri. Aku yang notabenenya sebagai salah satu aktivis organisasi serta siswa yang cukup aktif memang mempunyai relasi banyak. Tapi itu semua tidak bisa menemani kesepianku. Kesepian?? Yaps.., itulah satu kata yang menurut aku sangat pantas untuk aku tujukan pada diriku sendiri kala itu. Aku tidak tahu mengapa sedemikan, jika Anda bertanya maka aku pun bingung untuk menjawabnya. Tapi sudahlah nggak usah dipermasalahkan atau diperdebatkan.
Banyak sekali hal berharga yang aku dapatkan dari dunia tulis-menulis, aku bisa menambah wawasanku, aku bisa berbagi ide + pemikiran, aku bisa melahirkan karya yang insyaAllah bermanfaat dan juga aku bisa melimpahkan semua yang aku rasa dengan leluasa. Pena, kertas serta laptop/ komputer yang sering aku gunakan dalam menuangkan ide, perasaan atau pemikiran tak pernah mengeluh satu kalipun. Mereka juga tak pernah menolak dan bekhianat, mereka bisa dipercaya. Kadang aku berpikir, adakah orang yang memiliki tipikal seperti itu, tulus menjadi temanku, sahabatku, atau bahkan lebih dari itu. Tapi.. sudahlah seperti apapun keinginanku untuk menyamakan 2 hal yang hidup dan mati tidak akan pernah ketemu titik pangkalnya, karena pada hakekatnya mereka eamng dua hal yang sangat berbeda.
Satu hal terpenting dari sekilas pengalamanku di dunia jurnalistik adalah, suatu kesenangan tersendiri ketika aku bisa berbagi. Dengan segala ketidaksempurnaan dan kekuranganku, yang bisa aku berikan dan aku bagikan adalah oretan-oretan artikelku. Semoga semua itu bermanfaat khususnya bagi aku. Harapanku, semoga kelak di tengah kesibukanku yang notabenenya adalah seorang wanita aku masih bisa berbagi dan berkiprah di dunia pengetahuan lewat karya-karyaku. Amiin..
Itulah sekilas pengalaman dari sebuah catatan seseorang yang mengatasnamakan dirinya "Aku", dari pengalaman itu ada hal berharga yang bisa kita jadikan refleksi dan mediasi introspeksi diri.
The last.., buat semua teman-teman.., semua orang termasuk kita bisa menulis dan melahirkan karya-karya inspiratif. Hal berharga yang kita punya adalah pemikiran dan kemauan kita. Pemikiran sebagai bentuk respon subjektif terhadap suatu objek, dan kemauan tuk mengetahui dan memberikan yang terbaik di setiap hal. Go ahead with journalism..,^_+
Itulah sekilas pengalaman dari sebuah catatan seseorang yang mengatasnamakan dirinya "Aku", dari pengalaman itu ada hal berharga yang bisa kita jadikan refleksi dan mediasi introspeksi diri.
The last.., buat semua teman-teman.., semua orang termasuk kita bisa menulis dan melahirkan karya-karya inspiratif. Hal berharga yang kita punya adalah pemikiran dan kemauan kita. Pemikiran sebagai bentuk respon subjektif terhadap suatu objek, dan kemauan tuk mengetahui dan memberikan yang terbaik di setiap hal. Go ahead with journalism..,^_+
Naili,
13 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar